Perjuangan Hidup Ala Radit
Minggu, 24 Juli 2011 0 Comment
Haloo, ini cerpen buatan ku sendiri lho. *cerita : 70% non fiksi (realita) & 30% fiksi. Happy reading^^Disebuah desa dipinggir kota Semarak, ada seorang anak laki-laki yang bernama Radit. Radit berumur 18 tahun. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara dari kedua orang tua yang hidup berkecukupan. Dia hanyalah masyarakat biasa yang tak pernah kenal tetangga dekatnya. Menjalani kehidupan dengan santai dan berangan-angan yang tinggi adalah motto hidup dan keinginannya. Pasrah dan berusaha akan menjalani kehidupannya dengan apa adanya. Cumi – cumi dan nasi goreng adalah salah satu makanan faforitnya. Si Kupret, (sebutan dia dirumah) sering berpenampilan yang selalu simpel dan sederhana atau bisa disebut tak berpikir tentang penampilan. Dia jarang atau bahkan tidak pernah berbicara dengan akrab terhadap teman maupun keluarganya. Di rumah, dia sebagai anak, kakak, dan keponakan yang dapat memberi semangat kepada adik-adiknya maupun kedua orang tuanya. Dengan kata – kata ”Jangan menyerah! Karena, Belanda masih jauh”. Orangnya memang terlihat aneh. Tapi, ternyata ia mempunyai hati yang tulus. ”Ini nyata, ini aku. Tak ada yang sempurna dari diriku. Jangan meremehkan orang lain! Lihatlah dari sisi hati tidak secara fisik. Introspeksi diri.” Kata nya.
Isi diary ku :
Terakhir dimasa SMA disebuah kota Semarak, aku bisa dibilang siswa yang terpuruk. Dengan kebiasaan mencontek, tak pernah belajar, suka browsing, baca komik, penggemar berat Naruto, suka main game dan pemalas adalah sifatku. Selain itu, watakku pun mirip dengan ayah. Salah satu nya : cuwek dan sikap yang kaku terhadap siapapun. ”Kenapa aku bisa seperti ini ?” renungku. Aku duduk di kelas yang paling terakhir, yaitu kelas XII IPS 3. Tentang cinta, aku tak pernah merasakan hal tersebut. ”Saya tak pantas untuk dicintai maupun mencintai orang lain.” hayalku. Mengapa aku bisa berkata seperti itu? Sebenarnya, diriku pernah merasakan apa itu namanya jatuh cinta. Namun, semua harapan manis ku pupus berkali – kali. Itu semua menjadikan aku putus asa. Aku berpikir kalau cinta itu buta, menyakitkan dan tak ada rasa bahagia. Tapi, kata teman –teman, mencintai seseorang itu menambah warna dalam kehidupan. Aku tak percaya akan hal itu. Rasa sakit yang mendalam sudah pernah kurasakan. Jadi, aku tak akan mengulang hal tersebut. Aku pernah menulis 200 keinginan ku diselembar kertas yang aku tempelkan didinding kamarku. Semua yang ku tulis tentang pendidikan dan cita – cita ku. Memang semua angan – angan ku tingkat tinggi. Aku tak takut akan terjatuh. Walaupun jika aku terjatuh, rasanya sakit. Namun, aku tetap percaya bahwa aku bisa meraih semua cita – cita yang ku tulis diselembar kertas tersebut. Kemampuanku memang tak seberapa di lingkungan sekolah. Padahal, dikalangan keluarga dan masyarakat, aku terpandang orang yang rumayan pintar. Hmm, membingungkan. Hasil UN, aku mendapatkan hasil dengan jumlah rata –rata 7,50. Sedikit kecewa karena, hasilnya tak sebagus UN SMP. Bicara pun hanya membicarakan sesuatu yang penting saja. Bisa disebut langsung “To The Point!” tidak usah basa-basi. Tentang masalah tersenyum adalah hal yang jarang ku lakukan dihidupku yang penuh lika-liku. Bahkan, aku pernah diejek temanku dengan sebutan “Darah Tinggi”. Karena, emosi yang terkadang meledak-ledak. ”Mau gimana lagi. Ini kan pewarisan sifat dari kedua orang tua. Tak bisa ditolak! Unsur genetik gitu.”
Dulu, saat SMP kelas 9, aku pernah kecewa terhadap kedua orang tua. Karena, mereka berjanji akan membelikan sebuah sepeda motor, jika aku bisa mendapat nilai UN yang memuaskan. Alhasil, aku dapat membuktikan hal tersebut terhadap kedua orang tua dan keluarga. Jumlah rata-ratanya adalah 9,10.
Namun, nasib kurang beruntung menghinggapinya. Berbulan-bulan setelah itu, ibunya yang bernama Bu Ayu berbadan dua. Uang yang tadinya dibuat untuk membeli motor malah jatuh ke tangan rumah sakit untuk membayar biaya persalinan adik baru nya yang kedua itu. Mendengar kabar tersebut, si Radit sangat kecewa. Ia berpikir, kalau uang yang nantinya dibuat membeli motor tapi, digunakan untuk proses persalinan calon adiknya itu. Karena, pada saat kelulusan SMP sampai dia SMA, orang tuanya belum sempat membelikan. Murung dan tak semangat, melengkapi wajahnya. Dia menganggap hasil dari belajar mati-matian itu hanya sia – sia. ”Kata – kata ortu tak bisa dipegang. Aku kecewa. OOT (Omong – Omong Tok).”
Berbeda dengan masa SMP. Dimasa SD, prestasi yang ku raih sangat gemilang. Aku sering mendapatkan ranking. Antara ranking 1, 2, 3. Paling jelek aku hanya mendapat ranking 10. Akupun pernah disuruh maju lomba siswa berprestasi tingkat kecamatan, lalu menang dan berjuang ditingkat kabupaten. Sayangnya aku mempunyai kelemahan. Aku tidak bisa dipaksa untuk menulis dengan baik. Karena prinsip saya : sekarang adalah zaman modern. Jadi, urusan hal tulis menulis bisa dilakukan lewat tulisan komputer maupun laptop. Di perlombaan tersebut, sesi penilaian diambil berupa tulisan, berbicara, dan lisan. Saingannya pun tak tanggung – tanggung. Berbicara dan lisan, aku bisa nomor 1. Namun, hasil dari bidang tulisan sangatlah mengecewakan. Aku pulang hanya membawa sebuah piagam yang bertuliskan Juara Harapan I tingkat kabupaten. Tetapi, itu semua tetap aku syukuri. Selain lomba siswa berprestasi, aku juga berkesempatan untuk maju lomba MIPA dan IPU se-kecamatan. Alhasil, aku dapat memborong 2 piala tersebut dan mendapatkan beasiswa. Rasa haru, bangga, dan puas tercampur jadi satu. ”Yee ...” akhirnya perjuangan untuk semua lomba mendapatkan balasan yang setimpal.
Sekarang, aku hidup sebatang kara. Bisa disebut aku sebagai anak yang merantau/hijrah ke Jurang Mangun Timur, Tangerang, Banten. Aku hidup bersama teman – teman kos didekat kampus. Semua serba ku lakukan sendiri. Mulai dari mencuci dan menyetrika baju, memasak, dan lain – lain. Setelah lulus dari SMA, aku berusaha mencari Universitas yang cocok terhadap kemampuan, minat, maupun bakat. Aku mencoba mendaftar di UNDIP, UGM, dan yang terakhir adalah STAN di Tangerang. Berbagai jurusan ku tulis di blangko pendaftaran. Antara lain : Akuntansi, perpajakan, bea cukai, psikologi, dan tekhnologi.
Saat aku tes mandiri UNDIP dan UGM, aku harus hijrah beberapa hari di kota Semarang. Sekitar 2 hari aku berada disana. Aku menginap di rumah saudara ku yang rumahnya tak jauh dari tempat tes. Dengan sepeda motor, aku memulai perjalanan Kudus – Semarang. Baru pertama kali ini aku naik motor jarak jauh tanpa teman yang menemaniku. Disetiap perjalanan aku membayangkan mau jadi apa aku kelak? Dibidang akademik, aku tak terlalu berbakat. Mungkin hanya pelajaran tentang pengetahuan/sejarah. Yang lainnya biasa saja. Namun, tekad ku bulat. Aku harus bisa melewati ini semua dan harus berhasil.
Dari semua pilihan jurusan yang ku pilih, hasil pengumuman dari UNDIP Semarang, aku tidak diterima. Tapi, di UGM Magelang aku diterima di bidang Psikologi. ”Alhamdulillah. . .” kata itu terlontar setelah aku melihat hasilnya di internet. Semua teman – teman SMA maupun adikku memberi ucapan selamat kepada ku dan tak lupa meminta syukuran.
Satu bulan kemudian, diadakan tes mandiri STAN. STAN adalah kampus yang diinginkan dan dibangga – banggakan setiap orang. Seperti saat tes UNDIP dan UGM, aku harus ke kota Semarang untuk mengikuti tes. Kira – kira 2 jam telah ku lalui untuk mengerjakan soal – soal killer. Tapi anehnya, aku tak merasa kesulitan. Beberapa bulan kemudian, hasil pengumuman dari STAN bisa dilihat di internet. Hasilnya pun memuaskan! Aku diterima di STAN jurusan perpajakan! Sujud syukur dan berkata ”Alhamdulillah . . .” Allah SWT telah mendengar dan mengabulkan do’a hambanya. Tak ada kata - kata yang bisa terucap dari mulut ku setelah mengetahui hasil tersebut. Mata ku berkaca – kaca menandakan inilah kemenangan terdahsyat selama hidup ku. Tak ku sangka dan tak ku kira. Berarti, pendaftaran yang di UGM harus aku cabut. Aku rela dan ikhlas untuk melepas jurusan itu. Jujur, diriku tak suka dengan jurusan psikologi! Hehe. Aku hanya bisa membawa pulang dari kampus tersebut yaitu Jaket UGM. Jas yang berwarna hijau lumut muda. Rumayan untuk kenang – kenangan. Jumlah jas ku dari semua universitas berjumlah 2 jas. Jas berwarna hijau lumut muda (UGM) dan jas biru tua (STAN). Diriku mempunyai janji vertikal antara aku dan tuhan. Janji ku kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT harus aku penuhi. Yaitu, janji (Nadzar) puasa selama 3 bulan. Bulan Ramadhan tidak terhitung.
Traktiran makan – makan (syukuran) ada didepan mata. Untuk adikku tersayang spesial makan di KFC. Sedangkan untuk teman – teman hanya di Red Crispy. Moment dan tersebut tak akan ku lupakan dalam hidup ku yang tak tentu ini. Meskipun harus berjuang sendiri mati – matian demi masa depan.
Itulah semua cerita hidupnya. Terkadang dibawah dan terkadang diatas. Ini semua tentang kekuatan sugesti mimpi. Terinspirasi dari banyak orang. Dan semoga menginspirasi banyak orang lainnya. Tuliskanlah mimpi – mimpi secara nyata! Jangan tulis dalam ingatan saja. Karena, pasti akan lupa. Tulislah 100 target dikertas. Hingga suatu hari nanti, yang anda lihat dari 100 target itu hanyalah coretan. Coretan karena kalian telah mencapainya. Itulah yang ia lakukan dalam hidupnya. Meski, tak sedikit yang menertawakan dan mencemooh. Namun, tetap ia simpan tuisan 100 target itu. Hingga kemudian dia menyadari bahwa mimpi yang ia tuliskan dulu satu persatu kini terwujud. Menjadi rangkaian jejak –jejak luar biasa dalam hidupnya. Itulah awal mula jejak – jejaknya. Banyak yang berkata nilai – nilai ujian selalu sempurna atau dirinya adalah anak orang kaya, yang semuanya terpenuhi. Maka, dengan tegas ia menjawab TIDAK! Dirinya mungkin tak lebih baik dari kalian. Nilai ulangan pernah seringkali bernilai C, bahkan E. Karena itulah jejak yang akan menjadi pembeda antara dirinya dengan orang lain.
Beranilah bermimpi besar! Karena, dengan mimpi (imajinasi), matahari yang panas dan besar itu dapat digenggam dengan tangan. Mimpi itu adalah harapan. Maka, bangkitlah selalu. Karena harapan itu selalu ada. Aku hanya bisa berpesan untuk siapa saja. Siapapun, dan dimanapun. ”Assholatu khoiru minan naum”. Lebih baik shalat daripada tidur, dan sebelum dishalati. Berjuanglah demi masa depan dan raihlah cita – cita!
----*SELESAI*----
Label: Cerpen